Minggu, 26 April 2015

Kata Baku dan Tidak Baku

Kata baku ialah kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. sebagai sumber utama bahasa baku adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata baku digunakan dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat.

Penggunaan kata baku umumnya dipakai dalam hal berikut :
1.    Surat menyurat antarlembaga
2.    Karangan ilmiah
3.    Lamaran pekerjaan
4.    Surat keputusan
5.   Perundangan
6.    Nota dinas
7.    Rapat dinas
8.    Pidato resmi
9.    Diskusi
10.  Penyampaian pendidikan,  dan lain sebagainya.

Kata tidak baku ialah kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan. kata tidak baku digunakan dalam bahasa percakapan sehari-hari, atau bahasa tutur.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya kata atau bahasa yang tidak baku, yaitu sebagai berikut:
1.    Pemakai bahasa tidak mengetahui bentuk penulisan dari kata-kata yang    dimaksud
2.    Pemakai terpengaruh oleh orang yang biasa menggunakan kata tidak baku
3.    Pemakai bahasa tidak baku akan selalu ada karena tidak mau memperbaiki kesalahannya sendiri.

Berikut ini contoh kata baku dan kata tidak baku :
-. Kata baku: Senin, fitnah, silakan, nasihat, metode, telur, ferburai, jadwal, lembap, cenderamata, pelanggan.
-. Kata tidak baku: Senen, pitnah, silahkan, nasehat, metoda, telor, pebruari, jadual, lembab, cinderamata, langganan.

Pengertian Alur

          Alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Alur merupakan kerangka dasar yang amat penting. Alur juga mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana satu peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa lain, bagaimana tokoh digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu yang semuanya terikat dalam suatu kesatuan waktu. Pengertian alur dalam cerita pendek atau dalam karya fiksi pada umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa, sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.

           Urutan peristiwa dalam karya sastra belum tentu merupakan peristiwa yang telah dihayati sepenuhnya oleh pengarang, akan tetapi mungkin hanya berasal dari daya imajinasi. Begitu pula urutan peristiwa itu jumlahnya belum tentu sama dengan pengalaman yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, urutan peristiwa yang demikian tidak lain hanyalah dimaksudkan untuk mendekatkan pada masalah yang dikerjakan terhadap tujuan dalam karya sastra.

Perubahan Makna


           Dalam perkembangan penggunaannya, kata sering mengalami perubahan makna. Perubahan tersebut terjadi karena pergeseran konotasi, rentang masa penggunaan, jarak, dan lain-lain. Namun yang jelas, perubahan-perubahan tersebut ada bermacam-macam yaitu: menyempit, meluas, amelioratif, peyoratif, dan asosiasi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan penjelasan dibawah ini :

a. Spesialisasi
Kata yang tergolong kedalam perubahan makna ini adalah kata yang pada awal penggunaannya bisa dipakai untuk berbagai hal umum, tetapi penggunaannya saat ini hanya terbatas untuk satu keadaan saja.
Contoh :
Sastra dulu dipakai untuk pengertian tulisan dalma arti luas atau umum, sedangkan sekarang hanya dimaknakan dengan tulisan yang berbau seni. Begitu pula kata sarjana (dulu orang yang pandai, berilmu tinggi, sekarang bermakna “lulusan perguruan tinggi”).

b. Generalisasi
Penggunaan kata ini berkebalikan dengan pengertian menyempit.
Contoh :
Petani dulu dipakai untuk seseorang yang bekerja dan menggantungkan hidupnya dari mengerjakan sawah, tetapi sekarang kata tersebut dipakai untuk keadaan yang lebih luas. Penggunaan pengertian petani ikan, petani tambak, petani lele merupakan bukti bahwa kata petani meluas penggunaannya.

c. Amelioratif
Pada awalnya, kata ini memiliki makna kurang baik, kurang positif, tidak menguntungkan, akan tetapi, pada akhirnya mengandung pengertian makna yang baik, positif, dan menguntungkan.
Contoh :
Wanita, pramunikmat, dan warakawuri merupakan kata-kata yang dipakai untuk lebih menghaluskan, menyopankan pengertian yang terkandung dalam kata-kata tersebut.

d. Peyoratif
Makna kata sekarang mengalami penurunan nilai rasa kata daripada makna kata pada awal pemakaiannya.
Contoh :
Kawin, gerombolan, oknum, dan perempuan terasa memiliki konotasi menurun atau negatif.

e. Asosiasi
Yang tegolong kedalam perubahan makna ini adalah kata-kata dengan makna-makna yang muncul karena persamaan sifat. Sering kita mendengar kalimat “hati-hati dengan tukang catut itu.”
Tukang catut dalam kalimat diatas tergolong kata-kata dengan makna asosiatif. Begitu pula dengan kata kacamata dalam : menurut kacamata saya, perbuatan anda tidak benar.

f. Sinestesia
Perubahan makna terjadi karena pertukaran tanggapan antara dua indera, misalnya dari indera pengecap ke indera penglihatan.
Contoh:
Gadis itu berwajah manis. Kata manis mengandung makna enak, biasanya dirasakan oleh alat pengecap, berubah menjadi bagus, dirasakan oleh indera penglihatan. Demikian juga kata panas, kasar, sejuk, dan sebagainya.



Tips Membaca Pidato


          Banyak orang yang berfikir bahwa berpidato dengan baik hanya dapat dilakukan oleh orang yang mempunyai bakat berpidato. Pendapat itu tidak benar karena berpidato termasuk jenis keterampilan yang dapat dilakukan oleh setiap orang yang mempunyai minat ditambah dengan keinginan untuk belajar dan berlatih. Dengan kata lain, belajar dan berusaha lah yang menentukan suksesnya dalam berpidato.
Berpidato dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu membaca teks atau naskah, menghafal, spontanitas, dan menjabarkan kerangka topik.

Naskah pidato merupakan sebuah informasi yang telah disusun dengan sistematik untuk disampaikan kepada khalayak. Pembacaannya harus memperhatikan hal-hal berikut:

1. Volume suara harus keras dan jelas.
Volume suara harus dapat didengrkan aoleh seluruh pendengar, sehingga pendengar dapat menangkap dan memahami informasi yang disampaikan. Dan juga bertujuan jika kita tidak menggunakan sarana pendukung seperti pengeras suara.

2. Intonasi yang baik dan benar.
Membaca naskah pidato harus memperhatikan intonasi dengan baik dan benar. Berilah tekanan pada kalimat-kalimat yang penting, misalnya kapan harus memberikan nada tinggi dan nada melemah. Semuanya harus diatur agar pendengar tidak ikut terbawa suasana acara pada saat itu.

3. Komunikasi dengan pendengar.
Jaga pandangan antara penglihatan kita pada teks pidato dengan penglihatan kepada pendengar.

Alinea



          Alinea merupakan suatu kesatuan pikiran, kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Alinea merupakan himpunan yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.
Pembentukan sebuah alinea mempunyai tujuan :
         1.  Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu tema dari   tema yang lain
         2. Meningkatkan konsentrasi terhadap tema alinea dengan memisahkan dan menegaskan perhatian secara wajar dan formal pada akhir kalimat

Alinea yang baik dan efektif harus memenuhi syarat berikut :
          1.  Kesatuan : Semua kalimat yang mendukun alinea itu secara bersama-sama        mendukung satu ide
2.  Koherensi : Kekompakan hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lain yang membentuk alinea tersebut
3.  Pengembangan : Pengembangan ide/gagasan dengan menggunakan kalimat-kalimat pendukung
4.  Efektif : Disusun dengan menggunakan kalimat efektif sehingga ide bias diuraikan dengan tepat

Kalimat pembentuk alinea harus mengandung informasi yang saling berkaitan dengan kalimat lain. Hubungan antar kalimat dalam alinea bisaditandai dengan berbagai dengan penanda hubungan. Sifat hubungan tersebut bias bersifat :

Eksplisit
1. Kata ganti tunjuk
Contoh : Dinda  ingin punya Mobil. Barang itu sudah lama diimpikan.
2. Kata ganti orang
Contoh : Dido menyukai Lina. Ia sangat ramah.
3. Kata perangkai
Contoh : Ayah tidak berangkat. Padahal beliau harus memimpin acara.

Implisit
Contoh : Saya suka makan tape, saudara-saudara saya suka makan durian.

Berdasarkan letak kalimat utamanya, alinea terbagi menjadi :
a. Alinea deduktif : Kalimat utamanya terdapat pada bagian awal kalimat
b. Alinea induktif : Kalimat utamanya terdapat pada bagian akhir kalimat
c. Alinea campuran : Kalimat utamanya terletak di awal dan ditegaskan kembali pada bagian akhir
d. Alinea diskriptif : Kalimat utama yang tersirat pada seluruh kalimat di paragraph tersebut