EJAAN
Kelompok 6:
·
Agustinus Raden Bimo (10112410)
·
Rahmat Andre Pratama (15112932)
·
Ramaditya Satria (15112989)
Kelas: 3KA07
Tugas : Bahasa Indonesia
Pengertian dan Macam-macam Ejaan
Ejaan ialah
penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang distandardisasikan.
Umumnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni aspekfonologis yang menyangkut penggambaran
fonem dengan huruf, penyusunan abjad aspek morfologi yang menyangkut penggambaransatuan-satuan
morfemis, dan aspek sintaksis yang menyangkut penandaujaran tanda baca .
Berikut ini macam-macam Ejaan:
Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen disebut juga
Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna bahasa menerapkannya sejak tahun 1901
sampai 1947.Ejaan ini merupakan karya Ch.A. Van Ophuysen, dimuat dalam
kitab Logat Melayoe (1901). Ciri khusus ejaan Van Ophuysen:
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut
model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan
huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan
tuturan Belanda.
Ejaan Republik/Ejaan Suwandi
Ejaan Republik dimuat dalam surat
keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A
tanggal 19 maret 1947. Sebab ejaan ini disebut sebagai Ejaan Suwandi. Sistem ejaan
suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia.
Ejaan Malindo
Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia)
adalah suatu ejaan dari perumusan ejaan melayu dan Indonesia.Perumusan ini
berangkat dari kongres Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan, Sumatera Utara.Ejaan Malindo
ini belum sempat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari karena saat itu terjadi
konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.
EYD (Ejaan
yang Disempurnakan)
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah
tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia
dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf
miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa
yang disempurnakan.Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa
yang menyempurnakan sebuah karya tulis.
Karena
dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail.
Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.
Oleh karena itu untuk memahami EYD sangatlah penting, untuk mengetahui lebih
spesifik berikut ini pokok-pokok dari EYD.
1.
Pelafalan
Salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara pelafalan atau cara
pengucapan dalam bahasa Indonesia. Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia
berbeda dengan kaidah bunyi bahasa lain, terutama bahasa asing, seperti bahasa
Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Jerman. Dalam bahasa tersebut, satu bunyi
yang dilambangkan dengan satu huruf, misalnya /a/ atau /g/, dapat diucapkan
dengan berbagai wujud bunyi bergantung pada bunyi atau fonem yang ada di
sekitarnya.
Lain halnya dengan bahasa Indonesia, ketentuan pelafalan yang berlaku
dalam bahasa Indonesia cukup sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa
Indonesia harus dilafalkan sesuai dengan apa yang tertulis. Jelasnya, lafal
dalam bahasa Indonesia disesuaikan dengan tulisan. Masalah lain yang sering
muncul dalam pelafalan ialah mengenai singkatan kata dengan huruf. Sebaiknya
pemakai bahasa memperhatikan pelafalan yang benar seperti yang sudah dibakukan
dalam ejaan.
2.
Pemakaian Huruf
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan menggunakan 26 huruf didalam
abjadnya, yaitu mulai dengan huruf /a/ sampai dengan huruf /z/. Beberapa huruf
di antaranya, yaitu huruf /f/, /v/, /x/, dan /z/, merupakan huruf serapan dan
sekarang huruf-huruf tersebut dipakai secara resmi di dalam bahasa Indonesia.
Dengan demikian, pemakaian huruf itu tetap dipertahankan dan jangan diganti
dengan huruf lain.
Contoh:
- fakta tidak boleh diganti dengan pakta
- aktif tidak boleh diganti dengan aktip
- pasif tidak boleh diganti dengan pasip
Meskipun huruf-huruf serapan sudah dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia,
harus kita ingat ketentuan pemakaian huruf /q/ dan /x/. Huruf /q/ hanya dapat
dipakai untuk nama istilah khusus, sedangkan untuk istilah umum harus diganti
dengan huruf /k/. Demikian pula huruf /x/ dapat dipakai untuk lambang, seperti
xenon, sinar x, x, + y. Huruf /x/ apabila terdapat pada tengan kata dan akhir
kata diganti dengan huruf gugus konsonan /ks/.
Contoh:
- Quran tetap ditulis Quran (nama)
- aquarium harus ditulis dengan akuarium
- quadrat harus ditulis dengan kuadrat
Huruf /k/ selain untuk melambangkan bunyi /k/, juga digunakan untuk
melambangkan bunyi huruf hamzah (glotal). Ternyata masih ada pengguna bahasa
yang menggunakan tanda ‘ain’ /’/ untuk bunyi hamzah (glotal) tersebut.
Contoh:
- ta’zim harus diganti dengan taksim
- ma’ruf harus diganti dengan makruf
- da’wah harus diganti dengan dakwah
3.
Pemisahan Suku Kata
Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Huruf
vokal itu dapat didahului atau diikuti oleh huruf konsonan. Persukuan atau
pemisahan suku kata biasanya kita dapati pada penggantian baris, yaitu terdapat
pada bagian akhir setiap baris tulisan. Pengguna bahasa tidak boleh melakukan
pemotongan kata berdasarkan kepentingan lain, misalnya mencari kelurusan baris
pada pinggir baris setiap halaman atau hanya untuk memudahkan pengetikan.
Penulisan harus mengikuti kaidah-kaidah pemisahan suku kata yang diatur dalam
Ejaan yang Disempurnakan.
4.
Penulisan Huruf
Penulisan Huruf Kapital
1.
|
Huruf kapital atau huruf besar dipakai
sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
|
|
Misalnya:
Dia membaca buku.
Apa maksudnya?
|
2.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
petikan langsung.
|
|
Misalnya:
Adik bertanya, "Kapan kita tiba?"
Orang itu menasihati anaknya,
"Berhati-hatilah, Nak!"
|
3.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan,
termasuk kata ganti untuk Tuhan.
|
4.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
|
|
|
|
|
b.
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti
nama orang.
|
|
|
|
5.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat
yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu.
|
|
|
|
|
b.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.
|
|
|
|
5.
Penulisan Kata
a.
Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu-kesatuan.
Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
b.
Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan,sisipan,akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh: bergeletar, dikelola, penatapan, menengok, mempermainkan.
2. Jika
bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
bertepuk tangan,garis
bawahi,menganak sungai,sebar luaskan
6.
Partikel
1.
|
Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya.
|
|
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
|
2.
|
Partikel pun ditulis
terpisah dari kata yang mendahuluinya.
|
|
Misalnya:
Apa pun permasalahannya, dia dapat
mengatasinya dengan bijaksana.
Hendak pulang tengah
malam pun sudah ada kendaraan.
|
|
|
3.
|
Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya.
|
|
Misalnya:
Mereka masuk ke dalam ruang
satu per satu.
Harga kain itu Rp50.000,00per helai.
|
7.
Angka dan Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata.Angka dipakai sebagai
lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau
angka Romawi.
Angka Arab
|
:
|
0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
|
Angka Romawi
|
:
|
I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L
(50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)
|
1.
|
Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu
dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan.
|
|
Misalnya:
Mereka menonton drama itu
sampai tiga kali.
Koleksi perpustakaan itu mencapai dua
juta buku.
|
2.
|
Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan
huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang
tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat.
|
|
Misalnya:
Seratus dua puluh siswa kelas 9 lulus ujian.
Panitia mengundang 500 orang peserta.
|
|
Bukan:
500 orang peserta diundang Panitia dalam
seminar itu.
|
3.
|
Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar
dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
|
|
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat
pinjaman 1 miliar rupiah.
Dia mendapatkan bantuan Rp150
juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
|
4.
|
Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran
panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d)
jumlah.
|
|
|
Misalnya:
50 2/3
|
(lima puluh dua-pertiga)
|
21/30
|
(dua-puluh-satu pertiga puluh)
|
|
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas maka kita bisa menarik kesimpulan berdasarkan data-data dan fakta menunjukkan
masih banyak orang-orang tidak memahami pemakain bahasa Indonesia yang baik dan
benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Di lihat dari fungsinya bahasa
merupakan jantung dari kehidupan ini karena tanpa bahasa kita tidak akan bisa
berinteraksi sesama yang lain.
Oleh karena itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian
berbahasa Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu
tidak lepas dari bagaimana kita menggunakan basaha yang dapat dipahami atau
mudah dimengerti oleh bangsa lain. Kami berharap urain singkat ini dapat
memberi pengetahuan lebih dari makna
Ejaan. Kurang lebihnya dari penulisn ini, kami selaku penulis memohon untuk
memahaminya dan terima kasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Mustakim. 1996. Tanya Jawab Ejaan Bahasa
Indonesia untuk Umum. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Nazar, Noerzisri. 2004. Bahasa Indonesia
dalam Karangan Ilmiah. Bandung: Huma-
niora.